Sinopsis Film Cyberbullying yang Tayang 23 Oktober 2025

Poster film Cyberbullying. Foto: Instagram/@dlentertainment.id

Film Cyberbullying terinspirasi dari kisah nyata remaja Indonesia yang menjadi korban kekerasan digital.

FILM bertema perundungan digital berjudul Cyberbullying siap tayang di bioskop pada Kamis, 23 Oktober 2025. Trailer resminya menampilkan potongan kisah emosional seorang remaja perempuan yang hidupnya berubah drastis setelah video pribadinya tersebar luas di internet.

Kisah Nyata Saat Ini

Cyberbullying merupakan film drama remaja karya rumah produksi DL Entertainment yang menyoroti sisi gelap media sosial. Disutradarai oleh sineas muda Indonesia, Syarif Fadillah, film ini mengambil lokasi syuting di Makassar untuk menangkap suasana yang dekat dengan keseharian remaja.

Film ini sebelumnya sempat menarik perhatian publik saat proses syutingnya dilakukan di Makassar pada 2019. Sutradara Syarif Fadillah menyebut Cyberbullying terinspirasi dari banyak kisah nyata remaja Indonesia yang menjadi korban kekerasan digital. Ia ingin mengingatkan bahwa kasus semacam ini bukan hanya terjadi di media sosial luar negeri, tapi juga dekat dengan kehidupan sehari-hari. Film ini juga melibatkan banyak aktor muda lokal Makassar untuk menghadirkan nuansa yang lebih autentik dan membumi.

https://statik.tempo.co/data/2025/04/11/id_1391084/1391084_720.jpg

Film Cyberbullying. Dok. DL Entertainment

Film ini berfokus pada kisah Neira Kanjera, siswi SMP berusia 13 tahun yang cerdas dan populer, hidup dalam “kesempurnaan”, berprestasi, aktif di media sosial, dan disukai banyak teman. Namun segalanya berubah ketika sebuah video viral menuduhnya melakukan hal tak pantas. Hujatan publik dan perundungan daring membuat Neira terpuruk, menutup diri, dan kehilangan semangat hidup. Ia bahkan tidak mau sekolah karena merasa malu. Ia merasa tidak ada yang benar-benar peduli padanya dan meminta para pelaku untuk melakukan saja apa pun yang mereka mau sampai puas menyakitinya. 

Demi memulihkan keadaan, ia dipindahkan ke rumah Kakek Mansyur di pinggiran kota. Bersama Tante Rani dan teman-teman barunya, Neira belajar arti gotong royong dan kemandirian lewat taman baca dan klub Spelling Bee untuk anak-anak sekitar. Ketika harapan mulai tumbuh dan Neira siap berlomba kembali, video lama itu muncul lagi, menguji keteguhan hatinya.

Cyberbullying adalah kisah tentang kehancuran dan penyembuhan, keberanian untuk bangkit, serta perjuangan seorang remaja menemukan suaranya di tengah dunia digital yang kejam.

Menghidupkan Edukasi Digital

Lebih dari sekadar film, Cyberbullying juga menjadi bagian dari kampanye digital yang mengajak masyarakat lebih sadar terhadap etika berinternet. Melalui akun Instagram @cyberbullyingfilm, promosi film dikemas layaknya gerakan sosial, unggahannya berisi potongan trailer, pesan edukatif, dan ajakan untuk menghentikan ujaran kebencian serta menyebarkan empati di media sosial.

DL Entertainment sebagai rumah produksi juga menggandeng sejumlah sekolah dan komunitas untuk mengadakan program nonton bareng atau nobar dan diskusi interaktif tentang bahaya perundungan digital.

Menariknya, kegiatan kampanye ini dilakukan langsung bersama para pelajar. Melalui unggahan di Instagram, tim produksi Cyberbullying menggelar nonton bareng di bioskop bersama sekolah-sekolah di beberapa daerah Gresik, Balikpapan, Palembang dan daerah lainnya. 

Dalam beberapa sesi, para pemeran muda film turut hadir menyapa siswa dan guru, serta berdiskusi tentang pentingnya menjaga etika di dunia maya. Program nobar ini bukan sekadar promosi film, tapi bagian dari upaya membangun literasi digital dan karakter di kalangan remaja. DL Entertainment berharap pesan film ini bisa menjangkau ruang-ruang pendidikan dan keluarga agar kesadaran soal empati dan tanggung jawab digital semakin kuat di kalangan generasi muda.

sumber : tempo.co