Tak Sekadar Perjalanan Pulang Kampung Tapi Juga Pencarian Kebahagiaan

Melihat poster film MUDIK karya Adrianto Dewo, hati rasanya sudah terusik. Lantaran, Putri Ayudya menatap dengan sayu dan di sampingnya Abigail Asmara tertunduk. Sekilas ia terlihat setengah menangis. Bagaimana tidak terusik ketika mudik yang sudah lekat dengan peristiwa bahagia, bertemu dengan keluarga di kampung halaman, disandingkan dengan ekspresi tidak bahagia kedua tokohnya.

Kontradiksi itulah yang tampaknya dimainkan sutradara Adrianto Dewo lewat film feature keduanya ini. Dalam virtual press conference, ia pun menyebut bahwa salah satu sumber ide film ini adalah bahwa peristiwa mudik beramai-ramai yang ada di Indonesia juga diwarnai banyaknya kecelakaan para pengguna kendaraan bermotor. Konsep awal itu lantas diwujudkan dalam jalinan cerita dan penokohannya.

 

Road Movie yang Menarik

(c) Mola TV
(c) Mola TV

Dikemas dalam bentuk road movie, kita diberi kesempatan untuk menjadi “penumpang” dalam perjalanan pasangan Firman (Ibnu Jamil) dan Aida (Putri Ayudya). Sedari awal, kita sudah diajak mengintip persiapan mudik mengepak barang di tas ketika di apartemen, ketika berada di tempat parkir sebelum berangkat, ataupun ketika harus mampir rumah makan dalam perjalanan. Meski nantinya bermunculan tokoh-tokoh baru, sudut pandang tetap dijaga dari Firman dan Aida. 

 

Plot Film MUDIK

(c) Mola TV
(c) Mola TV

Awal kisah MUDIK bermula ketika Firman dan Aida sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke rumah Ibu Firman. Namun naas, ketika Aida yang mendapat giliran mengendarai, ia menabrak pengendara motor di jalan gelap. Rencana semula keduanya untuk sekadar menengok langsung runtuh. Korban yang mereka tabrak ternyata meninggal dunia, dari sini keputusan besar harus diambil keduanya.

Apakah yang akan dilakukan Firman dan Aida selanjutnya? Bagaimana nasib keluarga korban? Yang jelas, kejadian ini bakal menghadirkan ketegangan mencengangkan pada pentonton. Dari sini, plot berjalan hingga memuncak ketika Aida dan Firman harus berurusan dengan istri korban bernama Santi (Abigail Asmara) dan kerabat-kerabat korban seperti Agus (Yoga Pratama) serta kepolisian.

 

Ketegangan Sejak Awal Film

(c) Mola TV
(c) Mola TV

Sama seperti ketegangan yang dibangun dalam trailer-nya, di hampir sepanjang film kita bakal diajak turut mencicipi ketegangan yang dialami oleh Aida dan Firman. Menabrak orang hingga meninggal bukan persoalan yang bisa diselesaikan dalam sehari. Ada keluarga korban yang harus ditenangkan dari amarah. Ada juga polisi yang perlu diajak berunding. Membayangkan harus mengalami seperti itu di malam takbiran tentu tidak ada dalam benak kita semua.

 

Punya Dialog yang Kuat

(c) Mola TV
(c) Mola TV

Keempat tokoh utama yang ada kemudian ditabrakkan dalam dialog-dialog yang terorkestrasi dengan baik. Dari dialog-dialognya sedikit demi sedikit kita akan tahu jati diri setiap tokoh yang ada dalam filmnya. Jempol untuk kedua aktris dalam cerita ini, baik Putri Ayudya yang terlihat memendam kegelisahan atau gerak-gerik Abigail Asmara yang meski terlihat lugas, tapi menyimpan misteri. Seiring kisah bergulir, kita juga akan mendalami sebetulnya perjalanan mudik yang sebetulnya sedang mereka jalani.

Kita akan dibuat bertanya-tanya, sebetulnya apa yang memenuhi pikiran Aida. Apa juga yang membuat Firman seperti berjarak dengan istrinya? Apa yang membuat Sinta tegar di tengah kedukaan? Apa pula yang membuat Agus dan warga kampung sangat memburu-buru meminta pertanggungjawaban Aida dan Firman. Semua akan terjawab selapis demi selapis dalam film.

 

Nikmati Sisi Sinematografi MUDIK

(c) Mola TV
(c) Mola TV

Dari sisi sinematografi, layaknya sebuah road movie, Adriyanto Dewo secara pas menempatkan shot-shot dalam film dengan pemandangan yang bisa dilihat dari dalam mobil, baik itu pemandangan alam ataupun ragam aktivitas para pemudik. Hitung-hitung membuat kita yang belum bisa mudik di masa pandemi ini sedikit terobati kangennya.

 

 

(c) Mola TV
(c) Mola TV

 

MUDIK bukan semata film tentang perjalanan pulang untuk berlebaran di kampung halaman. Mudik tentang perjalanan para tokohnya mencari jawaban atas permasalahan mereka. Sehingga film ini tidak lagi terbatasi oleh momen Ramadan dan Lebaran saja. Ketika film ini ditonton sekarang, bakal mengajak kita untuk menikmatinya dan sekali lagi merenunginya.

 

Sumber: https://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/review-film-mudik-tak-sekadar-perjalanan-pulang-kampung-tapi-juga-pencarian-kebahagiaan-614a37.html